Rabu,
6 Mei 2015
Hela
nafas dalam. Pejamkan mata. Merasakan detak jantung yang semakin memburu.
Menerawang berbagai kemungkinan dalam setiap arah perjalanan.
Pesan
dan ucapan dari para sahabat yang membuat pagiku semakin terasa dingin. Iya ..
pagi itu seoalah aku membeku sesaat. Membeku karna terenyuh perhatian mereka
yang luar biasa dahsyat. Aku tidak pernah bercerita apapun pada mereka tentang
hal ini kecuali kak Desi, bahkan mereka yang terlebih dulu tahu hasilnya
dibanding aku.
![]() |
"IKA MASLAHATUN NISA" Nama yang selalu aku tunggu dalam setiap deret nama mereka yang berjuang |
![]() |
Big Thanks kak :') Supportmu luar biasa |
![]() |
Aamiin ya kak ::') While anyway itu kalimat yang terakhir gak kebaca -__- |
![]() |
Thankyou kakak ... mimpiku hidup bersama semangatmu, semangat kalian :') |
Semakin
tersadar bahwasanya dua cabang jalan didepan memiliki arah yang berbeda. “Harus
ada yang dikorbankan” kalimat pertama yang muncul memenuhi rongga dada ketika
aku membuka mata. Aku selalu menunggu dan aku selalu bahagia ketika namaku ada
dideretan nama mereka yang sedang berjuang, mereka yang sedang menggapai mimpi.
Tapi kali ini terasa berbeda, agak membingungkan memang tapi sepertinya
sinapsis sinapsis diotakku mulai kembali bisa berjalan normal.
Ucapan
dan kalimat yang diucapkan para sahabat mengingatkan akan mimpiku dulu. Mereka
masih merekam jelas harapan-harapanku itu. Tetapi sepertinya aku sudah hidup
dalam mimpi yang sedang aku jalani sekarang, aku sudah jantuh cinta dengan
duniaku yang sekarang. “Akuntan” berat sekali untuk dilepas dan terlampau sulit
untuk dijalani bersamaan.
![]() |
Meeting Audit Due Diligence untuk Merger BKK Se-Jateng di Kantor Gubernur Semarang . Masihkah akan terulang? :") |
Sudahlah
– sudahlah memang harus begitu, harus mengorbankan sesuatu yang berharga untuk
sesuatu yang luarbiasa. Toh ini bukan semata-mata untukku tapi untuk kebaikan banyak
orang. Bukankah bahagia yang sesungguhnya itu ketika kita juga mampu
membahagiakan banyak orang.
Kak Desi … Kau tau kan, kau orang pertama yang aku ceritakan tentang rencanaku ini. Kau yang aku ceritakan bagaimana pontang-pantingnya menyusun dan mengumpulkan berkas. Kau yang aku ceritakan bagaimana nervous-nya ketika aku telat dan betapa susahnya soal-soal itu. Kau tau kan alasan aku tidak memberi tahu orang tua-ku tentang rencana ini. Aku tidak ingin mereka khawatir anaknya berjuang sendiri, aku tidak ingin mereka kecewa jika anaknya gagal lagi. Sekarang setelah semua berlalu dan setelah aku mampu bercerita dengan mereka, betapa mendukungnya mereka dengan rencana itu, semangat mereka melebihi semangatku kak. Sedang aku masih harus berjuang merelakan “akuntan”.
Kak Desi … Terimakasih untuk telinga yang selalu mau mendegar. Terimakasih untuk waktu yang kau luangkan. Terimakasih untuk nasihat yang berulangkali harus kau ucapkan. Terimakasih untuk mengajakku ke tempat-tempat nongkrong kece yang kau rekomendasikan saat aku merasa bosan dan butuh sekedar cerita dengan santai. Terimakasih untuk tidak bosan atas semua cerita dan curhatku dalam hal apapun itu. Entah apa yang akan kuceritakan pada anak2-ku kelak tentangmu kak. Seorang “Single Fighter” yang super setrong maybe?. :D
![]() |
No Words can explain how thankful iam kak |
Ah...terimakasih sudah membuatku menangis...eh cuma brebes :p
BalasHapusI Love You More Than Words :p
BalasHapus