Waktunya
mudik sebelum lebaran, sengaja dan biasa selalu pulang sore hari usai kerja.
Waktu itu travel agak lambat datengnya, mungkin karna arus mudik yang bikin
macet didaerah jogja. Travel harusnya dateng jam 17.00, tapi karena macet travel
datang pas adzan maghrib jadi bisa membatalkan puasa sebelum berangkat.
Belum
sempet shalat maghrib langsung berangkat dan berniat aku jama’ dengan isya
sesampainya nanti di resto. Waktu itu travel gak penuh dan harusnya aku ada
dikursi tengah tapi aku memilih untuk duduk di kursi paling belakang yang
kosong tanpa penumpang lain dan bisa aku tempatin sendiri.
Setibanya
di resto dan waktu sudah menunjukkan shalat isya langsung saja menuju ke
mushola, disana cm ada dua orang, aku dan salah satu laki2 yang aku gak tau ada
di travel mana.
Setelah
shalat aku menuju resto untuk makan , kebetulan agak sepi itu resto yg makan
Cuma beberapa aja. Aku memilih tempat paling pojok deket TV dan lagi-lagi
pengen menyendiri. Pas jalan menuju ke meja, ketemu sama orang yg spertinya td
juga ada di musholla, ya sekedar saling melempar senyum saja gak ada obrolan
apapun.
Usai
makan aku menuju kekasir, dan terjadilah percakapan
Saya
:“meja nomer 2 mbak “
kasir
: “Sudah dibayar tadi mbak”
(beberapa
detik saya bengong, gak paham maksudnya)
Saya
: “mbak saya makan sendiri lho, diujung sana dan gak ada orang yg saya kenal
disini”
Kasir
:”iya mbak, sudah dibayar tadi sama masnya yang pakai baju hitam”
(bengong
lagi deh saya ,, sepanjang perjalanan gak sampe ngobrol sama orang sedetik pun,
duduk sendiri dan makan pun menyendiri, bagaimana bisa?? Mikir keras)
Saya
: “yaudah mbak makasih”
(Berbalik
dari kasir sambil celingukan nyari orang berbaju hitam, sepi gak ada orang,
tapi diujung ada 2 laki2 yang satu supir travel yg satu laki2 berbaju hitam.
Mau gak mau daripada penasaran aku samperin itu orang)
Saya
: Mas maaf, tadi apa bayarin makanan saya (dengan nada sedikit tinggi namun
tetap sopan, khawatir salah orang)
Masnya
: eehh iyaa mbak (dengan nada ragu dan terkesan
segan, myngkin karena nada tinggi saya)
Saya
: “kenapa mas? Kok tiba2 bayarin. Tadi habis berapa biar saya ganti”
(pada
saat itu saya setengah marah dan gak trima, bukan apa2 dan bukan sok gak mau
dibayarin, tapi kita ngobrol aja gak pernah dan ketemu cm sekedar papasan aja,
gimana ceritanya langsung bayarin makananku)
Masnya
: Gak papa mbak, udah gak usah diganti (dengan wajah gak enak dan terkesan
sungkan)
Daripada
jadi tontonan orang karena berdebat ya sudahlah, saya ucapkan terimakasih dan
pergi berlalu menuju mobil.
Pas
mau berangkat baru aku tau, laki-laki itu juga ada di satu travel tapi di kursi
paling depan deket drivernya. Dalam hati “oh my GOD ada-ada saja orang jaman
sekarang, baik sih tapi bikin orang jantungan”
Pura
– pura gak tau dan cuek saja sama masnya tadi, pasang earphone dan kembali
tidur berharap pas bangun udah ada didepan rumah.
Sampainya
di purwodadi ada yang turun dan kebangun lah saya. Tau-tau masnya ke belakang
dan mau pinjam powerbank, kebetulan saya juga gak bawa jadi ya maaf tidak bisa
membalas kebaikan saudara :p. Setelah menuju ke kursi depan dia mengambil tas
dan kembali ke belakang, bilang mau duduk dibelakang dengan alasan didepan ada
penumpang lain. Masa iya saya harus melarang, emang travel siapa, akhirnya dia
duduk dibelakang. Beberapa menit saling diam “krik krik krik” gak ada
pembicaraan.
Dia
memulai mengklarifikasi “maaf ya mbak bukan bermaksud apa-apa kok tadi Cuma
bayarin biasa aja, karena saya terbiasa seperti itu”. Ha?? Ini orang baik
banget ya, sampe suka bayarin orang yang gak dia kenal sekalipun -__- . Saya
Cuma diem aja sesekali melempar senyum dan kembali merem meski gak tidur.
Sepertinya
masnya si krasa kalo aku msih belum bisa menerima alasan dia, alhasil
dilanjutlah dia berbicara “saya ini ngerantau mbak, jadi saya terbiasa sok
kenal sok deket sama orang, karena diperantuan kalo saya Cuma diam gak bakal
cepet punya temen”. Langsung saja saya ngebuka mata, melepas earphone dan menegakkan
kursi yang saya turunkan beberapa derajat dan mencoba membalas kalimat dia se
santai mungkin.
Dari
pembicaraan ternyata masnya kerja
dikalimantan, disalah satu universitas islam disana (lupa tepatnya nama
universitasnya, yang pasti yayasan dan ada pesantren nya)dia bekerja sembari
melanjutkan pascasarjana di salah satu universitas di Samarinda. Dia asli Blora yang dulunya juga menempuh S-1
di universitas yang aku tempati namun dengan jurusan yang berbeda dan angkatan satu
tahun diatasku.
Awalnya
dia mengira aku masih menempuh S-1 padahal salah besar, aku sudah bekerja 2
tahun :D. Mikir juga si, jangan-jangan dia bayarin makan karena ngira aku masih
mahasiswa yang belum bekerja, hahaha.
Disela
pembicaraan dia menerima telfon dan sepertinya cukup serius. Setelah menutup
telfon dan beberapa saat diam, dia kembali bercerita. Ibunya yang barusan
telfon, beliau sedang sakit stroke dan sedikit kesusahan untuk berjalan, semoga
ibu segera membaik , aamiin J
Berjalanya
pembicaraan semua mencair, ternyata dia sangat sopan, berwawasan luas dan tidak
ada niat buruk sama sekali hanya saja aku yang salah menangkap maksud baiknya.
Darinya aku bisa bercermin bahwasanya terkadang aku terlalu naïf, terlalu
percaya diri dengan spekulasi.